sisa sampah debu
revolusi
sapu dan lego
dalam seni
di ibu kota kata
sendi kata
si tua muda yogyakarta
(yogya sudah
lama kembali)
kembalilah ke yogyakarta
cemara tujuh
denyar puisi
tujuh cemara
di jantung Yogyakarta
barisan rindudendam menghela
anginmu
terjaring di kampus tua
tertanam cinta terdera
di surut hari mencari
debar puisi di hati
tujuh
gelandangan
(buah asam malioboro)
memanggul gitar
nembakkan syair lagu
mentari jalanan
bulan lorong kumuh
antara kampung
kampus, gubuk gedongan
singsing
singsing fajar lenganmu
prosesi tugu
pasar alun-alun
bongkar pasang
dadadadamu
kang becak
andong muatan perkasa
kilatan raut pasi
berpeluh debu
ciumlah bumi
yang nerbitkan sayangmu
nyelamlah lubuk
urat nadi hayatmu
tujuh gunung seribu yogya
seribu tarian gang malioboro
tujuh pikul daun pisang ibu
beringharjo
(nasi bungkus pondokan selasa
rabumu)
tumpukan hijau restu sanubari
jelata
sujud bibir pecah yang mengulum
kata sejati
hulubalang benih ilham di siang
malammu
tujuh cemara
gelandang
tujuh gunung
seribu saksi tak bisu
gelaran tak
sunyi gusargusur kakilima
bentangan
dukacita langit sukma
manggang biji
mata di kawah candradimuka
tak kau dengar
keliling kidung sembilu
meronda dan
menggedor mimpi mimpi igaumu
(tak kau ingat
peta rute juang gerilya
gercik darah
tumpah meriba pertiwi)
di bawah jam kota
tujuh pengemis tua
bertumpu seperti
mendoakan kita semua
di bawah tapak sudirman
kami mangkal malam-malam ini
sisa sampah debu revolusi
sapu dan lego dalam seni
di ibu kota kata sendi kata
(yogya sudah lama kembali)
kembalilah ke yogyakarta
cemara tujuh denyar puisi
tujuh cemara
di jantung yogyakarta
barisan
rindudendam menghela anginmu
terjaring di
kampus tua
tertanam cinta
terdera
di surut hari
mencari
debar puisi di hati
(Umbu Landu Paranggi)
Sumber : The
Ginseng, Antologi Puisi Indonesia, Sanggar Minum Kopi, Denpasar, 1993.
No comments:
Post a Comment