cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan
karena sajak pun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan
baiknya mengenal suara sendiri dalam mengarungi suara-suara luar
sana
sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi, membawa langkah ke
mana saja
karena kesetiaanlah maka jinak mata dan hati pengembara
dalam kamar berkisah, taruhan jerih memberi arti
kehadirannya
membukakan diri, bergumul dan merayu hari-hari tergesa
berlalu
meniup seluruh usia, mengitari jarak dalam gempuran waktu
takkan jemu-jemu napas bergelut di sini, dengan sunyi dan
rindu menyanyi
dalam kerja berlumur suka duka, hikmah pengertian melipur
damai
begitu berarti kertas-kertas di bawah bantal, penanggalan
penuh coretan
selalu sepenanggungan, mengadu padaku dalam deras bujukan
rasa-rasanya padalah dengan dunia sendiri manis, bahagia
sederhana
di ruang kecil papa, tapi bergelora hidup kehidupan dan
berjiwa
kadang seperti terpencil, tapi gairah bersahaja harapan impian
yang teguh mengolah nasib dengan urat biru di dahi dan kedua
tangan
Sumber : “Persada Studi Klub dan Sajak-sajak Presiden
Malioboro” dalam Suara Pancaran Sastra : Himpunan Esai dan Kritik, Korrie Layun
Rampan, Yayasan Arus Jakarta, 1984 (halaman 73).
Keterangan : versi 1
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete