Pantai berkabut di sini, makin
berkisah dalam tatapan
sepi yang lalu dingin gumam terbantun di buritan
juluran lidah ombak di bawah kerjap mata, menggoda
di mana-mana, di mana-mana menghadang cakrawala
juluran lidah ombak di bawah kerjap mata, menggoda
di mana-mana, di mana-mana menghadang cakrawala
Laut bersuara di sisi, makin
berbenturan dalam kenangan
rusuh yang sampai, gemas resah terhempas di haluan
pusaran angin di atas geladak, bersabung menderu
di mana-mana, di mana-mana, mengepung dendam rindu
rusuh yang sampai, gemas resah terhempas di haluan
pusaran angin di atas geladak, bersabung menderu
di mana-mana, di mana-mana, mengepung dendam rindu
Menggaris batas jaga dan mimpikah
cakrawala itu
mengarungi perjalanan rahasia cintakah penumpang itu
mengarungi perjalanan rahasia cintakah penumpang itu
namun membujuk jua langkah, pantai,
mega, lalu burung-burung
Mungkin sedia yang masuk dalam sarang dendam rindu
saat
langit luputkan cuaca dan laut siap pasang
saat
pulau-pulau lengkap berbisik, saat haru mutlak biru
(Umbu Landu Paranggi, 1966)
Sumber : Tonggak 3, Antologi Puisi Indonesia
Modern (ed) Linus Suryadi AG, Gramedia, Jakarta, 1987 (halaman 240). Puisi ini
diambil dari Pelopor Yogya, 18 Januari 1970.
keterangan : versi 1
No comments:
Post a Comment