Cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan
karena sajak pun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan
baiknya mengenal suara sendiri dalam mengarungi suara-suara
luar sana
sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi, membawa langkah ke
mana saja
Karena kesetiaanlah maka jinak mata dan hati pengembara
dalam kamar berkisah, taruhan jerih memberi arti
kehadirannya
membukakan diri, bergumul dan menyeri hari-hari tergesa
berlalu
meniup deras usia, mengitari jarak dalam gempuran waktu
Takkan jemu napas bergelut di sini, dengan sunyi dan rindu
menyanyi
dalam kerja berlumur suka-duka, hikmah pengertian melipur
damai
begitu berarti kertas-kertas di bawah bantal, penanggalan
penuh coretan
selalu sepenanggungan, mengadu padaku dalam manja bujukan
Rasa-rasanya padalah dengan dunia sendiri manis, bahagia
sederhana
di rumah kecil papa, tapi bergelora hidup kehidupan dan
berjiwa
kadang seperti terpencil, tapi gairah bersahaja harapan
impian
yang teguh mengolah nasib dengan urat biru di dahi dan kedua
tangan
Sumber : Tonggak 3, Antologi Puisi Indonesia Modern (ed)
Linus Suryadi AG, Gramedia, Jakarta, 1987 (halaman 243-244). Puisi ini diambil
dari Manifes: Antologi Puisi 9 Penyair Yogya, Yogyakarta, 1968.
No comments:
Post a Comment