Tuesday, July 8, 2014

Ronggeng Sumba


I
Tambur tua, ditabuh dewa
menujum sunyiku, di mulut kemarau
sirih pinang tembakau, membaun angin cendana
duh sarungkan pedangmu, dendam budak biru
gulung rokok daun lontar, kumurkan mantra pengantar
api pediangan menanti, siraman darah lelaki

II
Gong gong purba, meningkah bertalu talu
duh restu dewata, menjaring bulan buangan
lima perawan saringan, menghambur dalam arena
terjurai melindas baying, kain dan selendang pilihan
tenunan datu, kayu dan batu
anyaman pelangi, menyambar nyambar dukaku

III
gemerincing giring-giring di kaki, mabuk berburu sorak sorai
bulu ayam di kepala meronta, surai kuda di jari melambai
melipat malam lupa berbusa, hai patah tambur buat rajamu
(hingga lepas urat-urat tangan), gong-gong nyaring dan tajamkan
(bahkan hingga putus napas tarian), mari…hanya kesepianku
panggang di bara cemar, sampai subuh berlinangan
embun, pijaran riap embun, yang meramu cintaku

IV
rawa rawa, paya paya, duka cintaku mengibas telaga senja
rawa rawa, paya paya, di punggung sunyi hariku busur cakrawala
rawa rawa, paya paya, baris cemara meriap gerimis nyawaku
rawa rawa, paya paya, pelaminan kemarau, nyanyi fana nyanyi baka


 (Umbu Landu Paranggi)


Sumber : “Persada Studi Klub dan Sajak-sajak Presiden Malioboro” dalam Suara Pancaran Sastra : Himpunan Esai dan Kritik, Korrie Layun Rampan, Yayasan Arus Jakarta, 1984. 

No comments:

Post a Comment