oleh Putu Wijaya
"Kuda Sumba" itu, sudah puluhan tahun
berlari di Bali. Namanya Umbu Landu Paranggi. Amat mengenalnya waktu masih ABG
di ruangan sastra remaja "Fajar Menyingsing", majalah "Mimbar
Indonesia."
"Kalimat sajak-sajaknya panjang, mengandung janji, kelak dia akan jadi penyair besar," kata Amat bercerita pada Ami, "Bapak yang waktu itu, juga ingin jadi penyair, kagum, lalu mengirim surat perkenalan kepadanya. Di zaman itu bersahabat pena, jadi mode gaul, seperti facebook dan twitter sekarang."
"Kalimat sajak-sajaknya panjang, mengandung janji, kelak dia akan jadi penyair besar," kata Amat bercerita pada Ami, "Bapak yang waktu itu, juga ingin jadi penyair, kagum, lalu mengirim surat perkenalan kepadanya. Di zaman itu bersahabat pena, jadi mode gaul, seperti facebook dan twitter sekarang."