Tuesday, June 7, 2016

UMBU

oleh Putu Wijaya


"Kuda Sumba" itu, sudah puluhan tahun berlari di Bali. Namanya Umbu Landu Paranggi. Amat mengenalnya waktu masih ABG di ruangan sastra remaja "Fajar Menyingsing", majalah "Mimbar Indonesia."

"Kalimat sajak-sajaknya panjang, mengandung janji, kelak dia akan jadi penyair besar," kata Amat bercerita pada Ami, "Bapak yang waktu itu, juga ingin jadi penyair, kagum, lalu mengirim surat perkenalan kepadanya. Di zaman itu bersahabat pena, jadi mode gaul, seperti facebook dan twitter sekarang."

Monday, June 6, 2016

Dua Malam Yang Mengharukan

Dua Malam Yang Mengharukan

Teks dan foto oleh Wayan Jengki Sunarta*


Entah mimpi apa yang membuat Umbu Landu Paranggi meminta panggung dua malam berturut-turut untuk baca puisi dan berorasi di Jatijagat Kampung Puisi (JKP), sebuah komunitas kesenian di Denpasar. Meski Umbu sering menyambangi JKP dan menemani para penyair muda berkesenian, mantan Presiden Malioboro ini sangat jarang mau terlibat dalam acara baca puisi. Umbu biasanya menolak atau menghindar baca puisi di depan umum. Penyair kelahiran Sumba ini lebih suka datang diam-diam dan duduk di tempat tersembunyi sembari menyimak suatu acara berlangsung.

Sunday, June 5, 2016

Sanggar Pos Remaja dan Awal Mula Umbu Landu Paranggi di Bali

Seri Nostalgia & Inspirasi

Sanggar Pos Remaja dan Awal Mula Umbu Landu Paranggi di Bali

 Oleh: Widminarko (wartawan Tokoh)


 (Umbu Landu Paranggi dan I.B. Sura Kusuma alias Gus Lolek, kartunis dan karikaturis Bali Post hadir dalam Rapat Redaksi Bali Post di Jalan Banteng 1, saat gedung berlantai tiga di Jalan Kepundung 67 A dalam proses penyelesaian, dan kemudian diresmikan 16 Agustus 1982. Foto: Widminarko)

Tanggal 26 dan 27 Mei 2016 Umbuluwang Landu Paranggi membaca puisi di depan publik pencita, pengagum, dan sahabatnya di Kampung Puisi, Denpasar. Ini termasuk peristiwa langka, paling tidak bagi saya. Sejak ia bergabung di Bali Post tahun 1979, saya tidak pernah nonton Umbu membaca puisi di atas panggung. Hanya sekali menyaksikan dia membaca puisi, tahun 1978. Tentang rencana Umbu membaca puisi itu saya informasikan dalam tulisan stensilan berjudul ‘Apa Itu, Sanggar Pos Remaja’, 17 Juli 1978. Saya tulis: “Secara kebetulan pada hari-hari tersebut berada di Bali penyair terkenal kelahiran Sumba yang lama menetap di Yogyakarta, Umbu Landu Paranggi.